Friday, June 24, 2016

Dua puluh tiga
Dr Baker
Aku bangun awal pagi berikutnya pada sekitar jam enam. Aku
bangkit dan pergi ke jendela. Pohon-pohon tertutup di antara
halimun berkabut. Ada kedinginan yang tajam dalam udara. Musim
gugur telah tiba.
Ini permulaan dari hari baru di Manderley. Segera para
pelayan akan mulai bekerja. Apa pun yang terjadi pada kami, hidup
di Manderley akan terus berlangsung. Kedamaian di Manderley tak
dapat dirusak. Keindahannya tak dapat dihancurkan. Bunga-bunga
akan datang setiap tahun. Burung-burung akan bernyanyi.
Manderley akan selalu di sini. Selamat dan aman, dengan suara
laut.
Maxim terus tidur dan aku tak membangunkannya. Hari akan
panjang dan melelahkan. London bermil-mil jauhnya. Kami tidak
tahu apa yang harus kami temukan di akhir perjalanan. Di manamana
di London tinggal seorang bernama Baker. Dia belum pernah
mendengar tentang kami. Tapi masa depan kami ada di tangannya.
Aku mandi, berpakaian dan kemudian membangunkan
Maxim. Dia bangkit dan kemudian pergi ke kamar mandi. Aku
mulai mengemas beberapa barang. Kami mungkin harus tinggal
semalaman di London. Aku lihat pada koper kecilku. Itu nampak
begitu lama sejak aku telah menggunakannya. Tapi itu hanya
empat bulan. Aku tidak dapat percaya itu.
Kami telah sarapan bersama dan aku pergi ke teras. Udara
segar dan bersih sekarang. Itu akan jadi hari yang sempurna. Pada
pukul sembilan tepat, Frank membawa naik Kolonel dalam
---Devkinandan Nurul Huda---
---Cinta Sejati dan Takdirnya---
131
mobilnya. Kami pergi dengan mobil Maxim. Aku duduk di
samping Maxim dan Kolonel duduk di belakang.
“Kamu akan menelepon, bukan?” kata Frank ketika dia berdiri
di atas jalan.
“Iya, tentu,” kata Maxim. Ketika kami pergi, aku melihat
belakang pada rumah itu. Aku belum pernah melihat yang lebih
indah. Untuk beberapa alasan, mataku teriris dengan air mata.
Kemudian kami mengelilingi lengkungan jalan itu dan aku dapat
melihat rumah itu lagi.
Ketika kami sampai pada perempatan jalan, Favell sudah
menunggu. Dia melambai ketika dia melihat kami dan
menghidupkan mobilnya. Aku menjadi tenang sepanjang
perjalanan ke London. Jam-jam berlalu dan mil-mil terlewati,
mobil Favell selalu di belakang kami. Kami telah makan siang dan
mencapai London pada sekitar jam tiga. Aku mulai merasa lelah.
Hari itu hangat dan jalan-jalan sangat sibuk. Jalan melalui pusat
London sangat panjang. Maxim nampak pucat dan lelah, tapi dia
tidak bilang apa-apa. Mobil Favell selalu di belakang kami.
Kami mencapai rumah Baker sekitar jam lima. Maxim
menghentikan mobil dan kami keluar. Favell datang menemui
kami. Kami semua berjalan perlahan naik gang ke depan pintu.
Kolonel Julian membunyikan bel.
Seorang perempuan membuka pintu. “Apakah dr Baker ada
di rumah?” kata Kolonel. “Dia mengharapkan kami. Aku mengirim
telegram.”
“Ya, tentu,” kata perempuan, “suamiku di kebun. Aku akan
mengatakan padanya kamu ada di sini.” Dia membawa kami
masuk ke ruang dingin rumah itu. Dia keluar masuk beberapa
menit pria tinggi masuk ruangan.
---Devkinandan Nurul Huda---
---Cinta Sejati dan Takdirnya---
132
“Aku dokter Baker, maaf membuat Anda menunggu. Silakan
duduk,” katanya.
“Kami meminta maaf menyusahkanmu, dr Baker.” Kata
Kolonel, “namaku Julian, ini Tuan Winter, Nyonya Winter dan
Tuan favel. Kami datang mengenai kematian almarhum. Kamu
mungkin telah membaca laporan dari surat kabar.”
“Putusan itu adalah bunuh diri,” kata Favell.”Aku tahu
Nyonya Winter sangat baik. Dia tidak bunuh diri. Dia tak punya
alasan untuk itu. Kami ingin tahu kenapa ia datang padamu di hari
kematiannya.”
Dr Baker memandang terkejut, “aku kira kamu membuat
kesalahan,” katanya, “tidak ada orang bernama De Winter telah
datang kemari.”
“Tapi kami menemukan nomor lama teleponmu pada diary
Nyonya Winter.” Dr. Baker melihat halaman diary itu yang
Kolonel keluarkan padanya.
“Itu tentu nomor saya,” katanya.
“Mungkin Nyonya Winter memberimu nama yang berbeda,”
Kolonel memberi kesan.
“Itu mungkin,” kata dokter pelan.
“Jika kamu punya kunjungan catatan pada hari itu, dapatkah
kami lihat itu?” tanya Kolonel, “Ini sangat penting.”
“Pembunuhan,” kata Favell.
“Tentu,” kata dokter. “Aku tidak punya ide ada pertanyaan
soal itu, aku akan pergi dan mendapatkan bukuku.”
Ketika dr. Baker keluar dari ruangan, kami tidak bicara apa
pun. Tidak ada orang yang melihat pada yang lain. Favel bersiul
dengan tenang di bawah napasnya. Dr. Baker kembali masuk
---Devkinandan Nurul Huda---
---Cinta Sejati dan Takdirnya---
133
ruangan dengan buku besar. Dia membukanya dan membalik
halaman, kami semua berdiri memperhatikan wajahnya. “Aku
melihat Nyonya Danvers pada tanggal 12 jam 2. Kata dr. Baker
akhirnya.”
“Danny? Mengapa kau lakukan...?” Favell mulai. Maxim
menyelanya.
“Rebecca memberikan nama yang salah tentunya,” katanya.
“Kau ingat kunjungan itu sekarang, dokter?” tapi dr. Baker
telah menggeledah arsipnya. Dia memungut sebuah kartu dan
membacanya.
“Ya,” katanya perlahan, “Aku ingat sekarang.”
“Apakah dia tinggi dan gelap, seorang wanita cantik?” tanya
Kolonel.
“Ya,” kata dokter. Dia menaruh kartu itu dan melihat Maxim.
Dokter bicara perlahan.
“Perempuan yang menyebutnya Nyonya Danvers itu sangat sakit memang. Dia telah datang padaku minggu sebelumnya. Aku
mengambil sinar-x. Dia sudah kembali untuk melihat hasilnya.
Aku ingat betul kata-katanya. ‘Jika saya benar-benar sakit, aku
ingin tahu.’ Begitu katadia.”
Dr. Baker berhenti dan melihat arsipnya, “tak ada yang harus
aku lakukan,” dia melanjutkan. “Sebuah operasi akan tidak
berguna. Aku mengatakan itu padanya. Dalam enam bulan, dia
sudah akan meninggal.” Tidak ada orang yang bicara sepatah kata
dan dokter itu melanjutkan. “Nyonya Winter nampak seorang
wanita sehat, dia sudah sangat sedikit sakit pada waktu itu. Tapi
sakit itu sudah akan datang. Sinar – x menunjukkan bahwa dia tak
akan pernah dapat punya anak. Tidak ada yang harus dilakukan
dengan penyakitnya.”
---Devkinandan Nurul Huda---
---Cinta Sejati dan Takdirnya---
134
Setiap orang berdiri tegak. Kami bersalaman dengan dr. Baker
dan dia berjalan dengan kami ke depan pintu.
“Akankah aku mengirimmu laporanku?” tanya dr Baker.
“Kami mungkin tidak perlu itu,” kata Kolonel. “Kami akan
menulis padamu jika kami perlu, terima kasih banyak.”
“Aku senang sudah ada gunanya,” kata dr. Baker, “Selamat
jalan.” Dan dia menutup pintu.